Perjalanan Panjang Animasi Lokal Adit & Sopo Jarwo dan Keluarga Somat

Wida Kriswanti | 14 Maret 2015 | 14:42 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Baru setelah 6 bulan stasiun televisi memberi jam tayang "cantik" untuk animasi produk lokal Adit & Sopo Jarwo (ASJ). Sejak kali pertama tayang pada 27 Januari 2014, ASJ tidak langsung mendapat jam tayang tetap. 

"Pindah-pindah terus jam tayangnya," kata Rahman Ibrahim, Kepala Marketing Komunikasi MD Animation. "Setelah tayang di prime time, rating mulai naik. Dari semula sekitar 1,2 atau 1,7 jadi rata-rata 3 atau 3,5 – pernah juga mencapai 5 – dengan share 18 persen. Bahkan sempat mengalahkan Jodha Akbar," ungkap Rahman tanpa bisa menutupi rasa bangga. "Proses yang cukup panjang, tapi tidak masalah," imbuhnya.  
    
Perjalanan lebih panjang dialami animasi Keluarga Somat KS produksi Dreamtoon. Kali pertama tayang pertengahan 2013, baru sekitar satu tahun kemudian dipercaya menjadi tayangan stripping dengan pola rerun setiap Senin sampai Kamis, dan episode baru dari Jumat hingga Minggu. Kecuali untuk momen-momen khusus, seperti Idul Fitri atau ulang tahun Indosiar, satu minggu penuh diisi episode terbaru KS. 

"Dua, tiga, sampai enam bulan pertama tayang belum terlihat (prestasi rating). Setelah satu tahun baru terlihat dan diberi kepercayaan tayang setiap hari," bilang Dony Sugeng Riyadi, asisten produksi Dreamtoon.
    
Sebuah kebijakan yang sangat berbeda jika dibanding dengan ketika stasiun televisi memperlakukan acara televisi lainnya. Dalam satu bulan – atau bahkan kurang – tidak menunjukkan performa positif, bisa langsung dihentikan tanpa banyak pertimbangan. Dony tidak menampik dukungan stasiun televisi menjadi salah satu faktor penting untuk kelangsungan animasi lokal. 

"Kami (Dreamtoon dan Indosiar) tetap melakukan evaluasi. Pada diskusi-diskusi yang dilakukan secara intens kami mencari apa yang kurang dan apa yang harus diperbaiki," cerita Dony. "Animasi tidak bisa dibandingkan dengan, misalnya, sinetron. Tidak mungkin, dong. Animasi harus 'dijaga'. Ketika belum naik, harus ada treatment khusus," lanjutnya. 
    
Hal senada diutarakan Rahman. Sebuah kesempatan panjang memang harus diberikan stasiun televisi kepada animasi Indonesia. Toh, terpenting, produsen juga tidak berpangku tangan. Usaha perbaikan terus dilakukan. Kontrol kualitas diberlakukan. "Pimpinan kami bertugas langsung menjaga kualitas (atau bahkan meningkatkan kualitas). Sangat detail dan memperhatikan kelayakan tayang, cocok atau tidak untuk (tayang) dua bulan ke depan," tegas Rahman.  
    
Fakta menarik kemudian dituturkan Dony. Sebagai perbandingan saja, dulu Upin & Ipin pun tidak langsung mendapatkan respons positif. Bahkan pernah ditolak salah satu stasiun televisi nasional. 

"Barulah setelah tayang beberapa lama di MNCTV (dulu TPI), semua tahu Upin & Ipin dan booming," ujar Dony. Sehingga apa yang dialami KS, ASJ, dan beberapa animasi lokal lainnya saat ini belum seberapa. Kesempatan dan komitmen yang diberikan stasiun televisi masih jauh lebih baik. 

(wida/adm)

Penulis : Wida Kriswanti
Editor: Wida Kriswanti
Berita Terkait